Jasad merupakan salah satu band Death Metal yang paling berpengaruh
bukan hanya di Bandung melainkan di komunitas Tanah Air.
Jasad terbentuk pada tahun 1990, nama ini diambil karena kala itu para pendiri Jasad band ingin sebuah nama yang kesannya seram namun tetap memakai bahasa Indonesia.
Bagi para anggota personil Jasad nama ini mempunyai arti "JAng SADayana" yang berarti untuk semua dan "JAng SADunia" atau untuk dunia.
Namun pada tahun 2008 nama Jasad menurut para personilnya adalah akronim singkatan dari "Jarang Ada Satria Abadi Disini", mungkin di karenakan seringnya Jasad mengalami pergantian personil kala itu
Jasad sekarang bukan hanya dikenal sebagai band pengusung aliran Brutal Death Metal garda depan, namun Jasad disebut juga sebagai ikon suksesnya sebuah akulturasi antara budaya barat dan lokal, dengan menggabungkan antara unsur budaya Sunda dan musik Metal dalam konsep musik Jasad.
KARINDING.
Jasad terbentuk pada tahun 1990, nama ini diambil karena kala itu para pendiri Jasad band ingin sebuah nama yang kesannya seram namun tetap memakai bahasa Indonesia.
Bagi para anggota personil Jasad nama ini mempunyai arti "JAng SADayana" yang berarti untuk semua dan "JAng SADunia" atau untuk dunia.
Namun pada tahun 2008 nama Jasad menurut para personilnya adalah akronim singkatan dari "Jarang Ada Satria Abadi Disini", mungkin di karenakan seringnya Jasad mengalami pergantian personil kala itu
Jasad sekarang bukan hanya dikenal sebagai band pengusung aliran Brutal Death Metal garda depan, namun Jasad disebut juga sebagai ikon suksesnya sebuah akulturasi antara budaya barat dan lokal, dengan menggabungkan antara unsur budaya Sunda dan musik Metal dalam konsep musik Jasad.
KARINDING.
Bandung - Berpakaian hitam bergambar gambar tengkorak, suara
garang, rambut gondrong, musik cadas identik dengan musik metal. Tapi bagi yang
awam dengan musik metal ini, sesekali sempatkan melihat pertunjukan musik
metal. Ada suasana baru yang berbeda dengan kondisi pementasan musik metal
jaman dulu. Pertunjukan musik metal belakangan ini sarat akan budaya dan
tradisi Sunda. Mungkin sekitar sepuluh tahun lalu, jika datang ke pertunjukan
musik metal dengan memakai pakaian tradisional sunda seperti baju pangsi dan
iket akan terlihat aneh, atau mungkin jadi bahan ejekan. Tapi saat ini justru
banyak yang memakai gaya tersebut sebagai identitas diri para metalhed.
Musik metal yang cadas dengan tempo
cepat dan suara vokalisnya yang mengeram dengan serak, kini ditambah dengan
bumbu-bumbu musik sunda seperti tarawangsa atau karinding.
Vokalis Jasad, Mohamad Rohman, atau
yang tersohor dengan nama Man Jasad menuturkan, mulai tahun 2005 ia mulai
mencoba mengadopsi tradisi sunda ke dalam musik death metal yang diusung oleh
band-nya Jasad saat itu.
Kala itu, Man mencoba membuat
beberapa lagu dengan menggunakan lirik bahasa sunda, seperti lagu ‘Getih Jang
Getih’ dan ‘Kujang Rompang’.
Menurut Man, jaman dulu anak metal
segala sesuatunya cenderung kebarat-baratan. Padahal kita memiliki kebudayaan
sendiri yang sangat luhur dan masih relevan jika diterapkan pada masa kini.
"Jadilah seperti sekarang,
musiknya boleh metal, tapi jiwanya tetap Indonesia, tetap Sunda," kata Man
kepada detikbandung.
Salah satu contohnya seperti yang
diperbuat oleh Man, ia menciptakan lagu yang bertajuk 'Kujang Rompang'. Lagu
tersebut menceritakan tentang filosofi kesundaan. "Hal kecil yang saya
bisa lakukan, saya juga mencoba menjadi metalhead yang berperilaku sunda,
someah, teu papaseaan, teu goreng ka batur," terang Man.
Prilaku orang sunda yang nyaah ka
alam juga mencoba Man terapkan dalam komunitas para metalhead. Salah satunya
pada gelaran Deatfhfest 2008, yang profitnya dibelikan pohon. "Jadi tak
hanya sekadar even saja. Orang sunda kan dekat dengan alam. Hablum minannas,
dan hablum minal alam," ucap Man.
Respon terhadap Sunda Metal yang
kini sudah menjadi identitas diri para metalhead di Jawa Barat, khususnya di
Bandung disambut baik para metalhead di kota-kota lain.
"Selain penggunaan iket,
sekarang kalau saya manggung di kota-kota lain di luar Jawa Barat membawakan
lagu Jasad yang bahasa sunda, mereka pada mau belajar biar tahu artinya,"
jelas Man.
Selain Man, banyak metalhead di
Bandung yang saat ini sudah mengkolaborasikan seni sunda dengan musik metal,
seperti musik metal, seperti band Forgotten yang memasukan unsur Tarawangsa.
"Malah ada satu band yang
musiknya geber abis, tapi liriknya semuanya bahasa sunda," terangnya.
Tanpa ingin disebut merubah imej
anak metal. Man berharap, meskipun terjun di musik metal, punk, pop, atau
apapaun kesukaan musiknya, jiwanya tetap Indonesia, tetap Sunda .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar