Selasa, 16 April 2013

BUDAYA SUNDA dan musik Underground

       Jasad merupakan salah satu band Death Metal yang paling berpengaruh bukan hanya di Bandung melainkan di komunitas  Tanah Air.
Jasad terbentuk pada tahun 1990, nama ini diambil karena kala itu para pendiri Jasad band ingin sebuah nama yang kesannya seram namun tetap memakai bahasa Indonesia.
Bagi para anggota personil Jasad nama ini mempunyai arti "JAng SADayana" yang berarti untuk semua dan "JAng SADunia" atau untuk dunia.
Namun pada tahun 2008 nama Jasad menurut para personilnya adalah akronim singkatan dari "Jarang Ada Satria Abadi Disini", mungkin di karenakan seringnya Jasad mengalami pergantian personil kala itu
Jasad sekarang bukan hanya dikenal sebagai band pengusung aliran Brutal Death Metal garda depan, namun Jasad disebut juga sebagai ikon suksesnya sebuah akulturasi antara budaya barat dan lokal, dengan menggabungkan antara unsur budaya Sunda dan musik Metal dalam konsep musik Jasad.

KARINDING.



Bandung - Berpakaian hitam bergambar gambar tengkorak, suara garang, rambut gondrong, musik cadas identik dengan musik metal. Tapi bagi yang awam dengan musik metal ini, sesekali sempatkan melihat pertunjukan musik metal. Ada suasana baru yang berbeda dengan kondisi pementasan musik metal jaman dulu. Pertunjukan musik metal belakangan ini sarat akan budaya dan tradisi Sunda. Mungkin sekitar sepuluh tahun lalu, jika datang ke pertunjukan musik metal dengan memakai pakaian tradisional sunda seperti baju pangsi dan iket akan terlihat aneh, atau mungkin jadi bahan ejekan. Tapi saat ini justru banyak yang memakai gaya tersebut sebagai identitas diri para metalhed.

Musik metal yang cadas dengan tempo cepat dan suara vokalisnya yang mengeram dengan serak, kini ditambah dengan bumbu-bumbu musik sunda seperti tarawangsa atau karinding.

Vokalis Jasad, Mohamad Rohman, atau yang tersohor dengan nama Man Jasad menuturkan, mulai tahun 2005 ia mulai mencoba mengadopsi tradisi sunda ke dalam musik death metal yang diusung oleh band-nya Jasad saat itu.

Kala itu, Man mencoba membuat beberapa lagu dengan menggunakan lirik bahasa sunda, seperti lagu ‘Getih Jang Getih’ dan ‘Kujang Rompang’.

Menurut Man, jaman dulu anak metal segala sesuatunya cenderung kebarat-baratan. Padahal kita memiliki kebudayaan sendiri yang sangat luhur dan masih relevan jika diterapkan pada masa kini.

"Jadilah seperti sekarang, musiknya boleh metal, tapi jiwanya tetap Indonesia, tetap Sunda," kata Man kepada detikbandung.

Salah satu contohnya seperti yang diperbuat oleh Man, ia menciptakan lagu yang bertajuk 'Kujang Rompang'. Lagu tersebut menceritakan tentang filosofi kesundaan. "Hal kecil yang saya bisa lakukan, saya juga mencoba menjadi metalhead yang berperilaku sunda, someah, teu papaseaan, teu goreng ka batur," terang Man.

Prilaku orang sunda yang nyaah ka alam juga mencoba Man terapkan dalam komunitas para metalhead. Salah satunya pada gelaran Deatfhfest 2008, yang profitnya dibelikan pohon. "Jadi tak hanya sekadar even saja. Orang sunda kan dekat dengan alam. Hablum minannas, dan hablum minal alam," ucap Man.

Respon terhadap Sunda Metal yang kini sudah menjadi identitas diri para metalhead di Jawa Barat, khususnya di Bandung disambut baik para metalhead di kota-kota lain.

"Selain penggunaan iket, sekarang kalau saya manggung di kota-kota lain di luar Jawa Barat membawakan lagu Jasad yang bahasa sunda, mereka pada mau belajar biar tahu artinya," jelas Man.

Selain Man, banyak metalhead di Bandung yang saat ini sudah mengkolaborasikan seni sunda dengan musik metal, seperti musik metal, seperti band Forgotten yang memasukan unsur Tarawangsa.

"Malah ada satu band yang musiknya geber abis, tapi liriknya semuanya bahasa sunda," terangnya.

Tanpa ingin disebut merubah imej anak metal. Man berharap, meskipun terjun di musik metal, punk, pop, atau apapaun kesukaan musiknya, jiwanya tetap Indonesia, tetap Sunda .

  
 Seperti yang terlilah pada gambar berikut : 
Anak muda di bandung sudah banyak yang mulai bangkit kembali dengan budaya sunda. Meskipun musik mereka berbeda, mau metal, punk, pop, atau apapun kesukaan musiknya, jiwanya tetap Indonesia, tetap Sunda. 




BUDAYA SUNDA ULAH NEPI KA LEUNGIT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini